Engkau Dan Jam Tanganku
Jam tujuh lebih lima puluh enam menit lalu.
Engkaulah tubuh, yg lama luluh dan butuh aku.
Jam delapan menit ke sepuluh tadi aku sarapan.
Setelah kita berdekapan, jangan dulu mengemas kenangan.
Jam sembilan alarmku berdering.
Setelah berpelukan, jangan merinduku terlalu sering.
Jam sepuluh lewat empat puluh delapan menit. Aku pun luluh, saat tubuh berpeluk dekapan mata genit.
Jam sebelas siang, menit ke empat puluh empat.
Lekaslah pulang, aku berpeluh di tempat rindu terasa cepat.
Jam dua belas lewat tujuh menit.
Doamu kubalas, semoga engkau butuh aku sedikit.
Jam satu lebih lima puluh lima.
Hatimu membeku, karena patah hati terlalu lama.
Jam dua siang, menit empat jarum detik terus berputar.
Dia pulang, memetik harum putik bunga mawar.
Jam tiga kini, lebih delapan belas menit.
Relakan saja aku pergi, dan balas dekapanku. Cepat!
Jam empat, enam menit detik ke empat.
Semoga sempat, membuatmu tersenyum ketika kereta berangkat.
Jam lima empat puluh sembilan menit.
Ingatanku masih sama, sesaat kesedihanku tersudut di ruang hatimu yg sempit.
Jam enam, sepuluh menit yg lalu.
Masalaluku kelam, untuk itu aku membutuhkanmu.
Jam tujuh lewat tiga menit.
Akulah tubuh, tempat engkau berbagi sedih & sakit.
Jam delapan malam, menit kosong-kosong.
Berpeluklah sayang, agar rindu tiada ada yg bolong.
Jam sembilan tadi, lonceng berbunyi.
Kubagi kenangan lagi, agar engkau tak lagi sunyi.
Jam sepuluh, menit sepuluh.
Hatiku luluh, hatimu berpeluh.
Jam sebelas lebih dua puluh sembilan menit.
Mari berbalas doa, setelah itu cium keningku sedikit.
Jam duabelas malam. Lebih limapuluh delapan.
Kuharap engkau membalas salam, terlalu lama aku berdiam dalam dian.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar