Berbagi Kamar Mandi

Engkau, perempuan dari balik selimut yang menuju kamar mandi
Ketika subuh membasuh tubuh
Engkau bersuci dengan puisi
Puisi yang tertulis dari airmata sepi

Tapi, kehilangan telah menjadi dinding di kamar mandimu
Kepergian telah menjadi sikat gigimu
Membangunkan kesendirianmu lebih pagi
Membangunkan kesadaranmu lebih dini

Sering kali kita menjadi seseorang yang pemalas
Namun kehilangan tidak memiliki hari libur
Dan tiada alasan untuk tidak mandi
Cukuplah menggosok gigi, katamu.

Atau jika esok tidak lagi diciptakan pagi
Dan dunia telah membangun sebuah rumah untukmu
Rumah yang tanpa kamar mandi
Kau boleh menumpang ke kamar mandiku
Untuk sekadar bersuci diri dan saling mengenali

Lalu..
Aku ialah lulur mandimu
Mengharum-lembutkan kulitmu
Aku serupa handukmu
Menutup-hangatkan tubuhmu
Aku serupa sikat gigimu
Menyegar-tegarkan nafas juga kata-kata di ujung lidahmu

Namun, suatu hari nanti..
Akan datang lagi pagi..
Pagi tanpa mandi..
Tubuh-tubuh yang sudah suci..
Masing-masing rumah kita yang tanpa memiliki kamar mandi..
Rumah yang hanya terbuat dari segunduk tanah..
Tetaplah berbagi abadi, di surga puisi nanti..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar