Yang DiTuhankan Bertahun-tahun


Untuk mencintaimu, telah kutulis kitab suci dari Agama yang telah kubuat sendiri.
Sedang hanya kamu dan aku sebagai pemeluknya.
Untuk mencintaimu, kutuliskan waktu yang lebih lama dari apa yang kamu sebut selamanya.
Untuk mencintaimu, kubangun sebuah kota tanpa lampu-lampu di sepanjang jalannya.
Agar kita saling meraba, meraba segala yang tiada sebelum pernah ada.

Kali ini kuajak kamu ke tempat yang lebih terang saat kedua matamu terpejam.
Akan kuajak kamu menyusuri sebuah jalan yang lebih panjang dari jarak Matahari dan Bulan.
Nanti kamu akan tahu, bila tiada lagi pelukan yang sanggup membawa kita pulang.
Sebab tiada lagi jendela yang mau menuntunmu memandang ke halaman.

Seberapa besarpun dosa kita simpan, Sayang.
Semesta akan membicarakannya.

Sebab itu, aku merahasiakan ibadah seperti aku merahasiakan dosa-dosaku di hadapanmu.

Jika sehabis maghrib nanti, mulutku sudah dibungkam, mataku dipejam.
Dan kita dipisahkan, aku akan tetap bersamamu.

Aku menahanmu
Tidak untuk meNuhankanmu
Aku menahanmu
Namun tidak untuk meNuhankanmu

Yang kuyakini, Tuhan tidak pernah sekejam itu.
Yang Maha Baik dan Maha Ramah.
Yang Menciptakan Rumah, dari remah-remah roti sisa kita sarapan.
Yang Maha Ada dan Tiada, Yang Maha Mengada-ada.

Cinta tak pernah membawa kita menjadi buta.
Aku tak percaya.
Cinta tak pernah membuat kita jadi gila.
Aku lebih tak percaya.

Ada yang tahun-tahun disembunyikan dari mata kita.
Ada yang lambat laun disembuhkan dari luka.

Cepat atau lambat, cinta ialah perasaan yang jatuh dengan begitu lembut.

Kemarin aku meremas daun kering yang jatuh.
Hari ini aku melihat daun-daun baru tumbuh.

Atau jika Subuh nanti tidak ada tubuh yang mampu kamu peluk
Aku akan datang, sebagai selimut yang lebih hangat
dari selimut yang terbuat dari kedua lengan lelaki yang mencintaimu.


-mardikarend

Tidak ada komentar:

Posting Komentar