KATAMU ADA HARI YANG LEBIH BAIK?

Tak ada hujan yang ingin dijatuhkan untuk tanah yang tidak tepat. Tak ada pula yang menginginkan setiap hembusan angin memiliki cabang. Mungkin seperti merekalah perasaan yang aku jatuhkan untukmu. Sebelum engkau dimiliki oleh siapapun, bolehkah kita bertemu sekali lagi? iya, aku hanya akan menjelma udara untuk helai-helai halus rambutmu. Sungguh, aku hanya ingin jika jatuh cintaku kepadamu ini, serupa sehelai rambut yang tertinggal di bantal tidurmu. Sebab ia tanggal tanpa pernah menyakitimu dan tak pernah sekalipun membangunkan segala pejammu. Atau untuk kali ini saja, jika kamu tak punya waktu untuk menegaskan perasaanmu, biarlah tulisan ini yang meyakinkan jika pilihan baik akan jatuh pada kepala yang pandai mengingat.
Begini, sayangku.
Semoga kamu masih mengingat kapan pertama kali kamu membukakan pintu pagar rumahmu untukku. Semoga kamu pun masih mengingat suguhan apa yang kau tawarkan sebelum kita memulai obrolan. Iya, aku menuliskan ini dengan perasaan yang sangat tenang. seperti saat sebelum kamu mengetuk debar-debar di dalam dadaku. Aku, kini ialah hujan yang tak lagi membenci mendung karena menjatuhkannya. Sebab, jika boleh diulang, aku jatuh untuk membasahi segala sesuatu yang menurutku tepat untuk dibasuh.
Kelak, aku akan kembali menjadi tanah yang masih mengering. Sesekali kembalilah berpikir, mengapa takdir mempertemukan burung dengan ranting. Mengapa ia datang untuk hal yang menurutnya sia-sia. Suatu saat nanti, kamu juga akan menemukanku sebagai uap-uap pada secangkir kopimu. Kamu tak akan rela jika bibir indahmu melepuh ketika menyesapnya bukan?
Hari ini masih hari yang asing bagiku dan malam masih malam yang terlalu kelam untuk aku lewati seorang diri. Kemudian aku berpikir menjadi bara pada lidah seorang Musa untuk mencintaimu. Sebab ia tak pernah padam oleh ludah Musa, namun tak juga melepuhkan apa-apa. Jika saja jatuh cinta seperti itu, mungkin hingga detik ini kita tak akan pernah tahu sedalam apa seseorang mampu bertahan pada sebuah jembatan yang diciptakan tanpa berpegangan.
Bisakah suatu saat nanti kita makan malam berempat sambil mengobrolkan usia kehamilanmu? Tentu saja, kamu pun nantinya akan menanyakan hal yang sama kepada istriku. Sepertinya itu hal yang mungkin saja bisa kita lakukan. Dan tentu saja tanpa melukai seseorang yang kusebut istri dan dia yang kamu panggil suami.
Andai saja waktu bisa diulang, namun takdir menentukan hal yang lain. Aku pun tak ingin waktu terlalu ketat mengikat pergelanganku. Perjalanan ini masih panjang untuk aku lalui tanpamu. Aku percaya, iya, aku percaya seperti kamu mempercayai jika akan ada hari baik yang jatuh. Entah untukmu atau untukku. Lalu ingatanku seperti diseret ke entah beberapa waktu silam. Aku hanyalah camar yang belajar terbang ketika bersamamu, kamu mengajariku bagaimana cara mengepakkan sayap. Kamu mengajariku melawan ketakutan di atas bukit itu. Namun sayangnya, camar itu telah terbang meninggalkan sarang dan tak menemukan jalan pulang.
Sebelum engkau berjarak sejengkal dari kehilanganku, juga sebelum aku menemukan jalan menuju cahaya yang lain. Aku akan meninggalkan sebuah kesan yang baik untukmu. Aku terlanjur jauh dari rumah. Jika suatu saat kamu menemukan ranting lain yang lebih kokoh, ada satu hal yang akan aku tunjukkan kepadanya. Bahwa sesungguhnya kamu memang seseorang yang tepat untuk dimiliki. Terlepas dari aku sempat aku memilikimu. 
Setiap aku tanya mengapa?
Baju pemberianmu seolah mengatakan jika memang kamulah yang melekat, meski tanpa bisa aku ikat. Dan setiap aku melepaskannya, seakan kulitmu mengelupas dari tubuhku. Hingga sedalam itu apapun yang kamu beri mengingatkanku padamu. Alas sandal pemberianmu pun seakan memahami kepedihanku kehilanganmu. Mungkin ia yang akan menemani perjalananku melewati padang yang penuh duri ini. Sebab, aku yakin jika ia juga tak menginginkan kakiku melepuh bahkan oleh panas aspal jalanan.
Katamu ada hari yang lebih baik? Namun tak pernah lebih baik ketika aku bersamamu. Katamu akan ada pagi yang lebih sejuk? Namun tak pernah lebih menyejukkan dari tatapanmu
Jika sampai hari ini, masih ada udara yang membelai setiap gerahmu, mungkin ialah kerinduanku padamu. Jika malam ini masih ada hangat yang memelukmu lebih erat, mungkin ialah ingatanku. Dan jika hari ini masih ada aku di harimu, kelak aku akan datang dan mempertanggung jawabkannya.

Selamat malam, sayangku.
Mungkin langitmu masih abu-abu, namun aku tidak pernah ragu memilikimu. :))

-rend-

1 komentar:

  1. tulisannya bagus. mohon ijin copy ilustrasi image untuk di pasang di facebook saya terimakasih.

    BalasHapus